kali ini saya mau mbahas tentang sejarah :D
berhubung masih nuansa imlek , saya mau mbahas tentang etnis Tionghoa .
Sejak zaman pemerintahan Gubernur Jendral J P Coen, warga Batavia keturunan Tionghoa menjadi warga yang dibanggakan oleh pemerintahan VOC pada saat itu, sehingga terjadi imigrasi besar-besaran dari Hokkian ke Batavia. Hal itu kemudian berakibat pada membeludaknya warga keturunan Tionghoa di Batavia, mulai dari yang rajin telaten bekerja di perkebunan tebu, dagang, hingga yang berbuat kriminal karena menganggur.
Membludaknya warga keturunan Tionghoa, mulai dari yang punya usaha maupun yang pengangguran, menjadi ancaman bagi warga Eropa di Batavia. Ada yang merasa usahanya terancam, ada yang merasa kurang aman karena kriminalitas oleh orang Tionghoa pada saat itu tinggi. Konflik ini semakin meruncing ketika VOC mengimpor gula dari Brazil dan akibat dari import itu banyak perkebunan tebu dan produsen gula lokal yang bangkrut, sehingga mengakibatkan pengangguran yg banyak.
Melihat kejadian ini, Gubernur Jendral Adriaan Valckenir tidak tinggal diam, beliau bersama para pejabat VOC yang lainnya mengeluarkan kebijakan tentang Pajak Kepala dan Pass yang harus dimiliki setiap imigran yang ada di Batavia. Karena banyaknya yang pengangguran, kemudian banyak imigran tionghwa juga yang yang tidak sanggup bayar pajak kepala dan membuat pass. Di lain sisi, Anggota Raad Van Indie yang juga sepupu Adrian Valckenir, Gustaf Willem Baron van Imhoff yang baru pulang dari Ceylon, mengusulkan untuk melakukan transmigrasi para pengangguran Tionghoa untuk dikirim ke Ceylon, karena memang Ceylon maih membutuhkan. Namun kemudian muncul gossip di kalangan Tionghla yang mengatakan bahwa setiap Tionghla yang di bawa dengan kapal lau menuju Ceylon, tidak pernah sampai karena mereka di lempar ke laut. Maka gemparlah masalah ini di antara kaum Tionghla, dari situ mulailah pergerakan perlawanan yang merupakan reaksi dari rangkaian kejadian di Batavia.
Pada tanggal 26 September 1740 seorang Kapiten Bumiputra Pasqual Andriesc bersama tiga orang Letnan Tionghla, melaporkan bahwa ada bibit pemberontakan di luar tembok Batavia. Pada pertemuan yang sama, Adriaan Valckenier bertanya tentang hal ini pada Kapiten Tionghla Ni Hoe Kong, yang kemudian dengan ketidaktahuan. Lalu pada pertemuan itu diperintahkan pada Commisarriat urusan Bumiputra untuk kirim orang rahasia agar mencari tahu tentang pemberontakan ini.
Satu bulan kemudian ditangkaplah 6 orang Tionghla yang tidak punya Pass, namun kemudian dibebaskan oleh Potia/mandor kebun punya Ni Hoe Kong. Karena ini pula kemudian Gubernur Jendral A. Valckenier menuduh Ni Hoe Kong terlibat dengan pemberontakan, yang kemudian dijawab lagi dengan ketidak tahuan Ni Hoe Kong.
Pada tanggal 8 Oktober 1740 terjadilah serangan kecil oleh para pemberontak Tionghla di salah satu gerbang kota Batavia, yang kemudian berhasil diredam oleh pasukan VOC, mulai saat itulah kecurigaan terhadap para Tionghla yang tinggal di dalam Tembok Kota Batavia muncul dikepala para orang Eropa, termasuk Gubernur Jendral Valckenier. Maka pada tanggal 9 Oktober dia memerintahkan agar dilakukan penggeledahan di semua rumah milik Tionghwa. Termasuk rumah milik Ni Hoe Kong. Para Warga Tionghwa yang ketakutan kemudian teriak-teriak dan sebagian melakukan perlawanan atas geledah ini, dan entah datang dari mana perintahnya, kemudian dimulailah pembantaian terhadap warga tionghwa, tak terkecuali anak-anak maupun perempuan dimana saja, termasuk para pasien yang ada di rumah sakit dan di dalam penjara. Setelah kejadian ini, kemudian kapiten Tionghwa Ni Hoe Kong dan saudara laki-lakinya Ni Lian kong ditangkap dan di adili.
Para pejabat VOC di Batavia yang melihat kejadian ini kemudian menyalahkan Gubernur Jendral Adriaan Valckenir atas insiden genosida tersebut. Kemudian Raad Van Indie melakukan mosi tidak percaya terhadap Gubernur Jendral, namun Valckenier melakukan perlawanan, dan menangkap semua Anggota Raad Van Indie, yang termasuk didalamnya ada Willem van Imhoff. Para anggota Raad Van Indie tersebut kemudian di kirim pulang menghadap Dewan 17, namun Dewan 17 kemudian memberikan keputusan yang berbeda, mereka mengirim balik Willem van Imhoff ke Batavia bukan sebagai tahanan, namun sebagai Gubernur Jendral Batavia yang baru. Adrian Valckenier yang dalam perjalanan pulang kemudian ditangkap dan diadili hingga mati.
kedatangan etnis tionghoa
Pembantaian etnis tionghoa
2 komentar:
tumben ?
kampret , emang mbokk kira aku bodo apa? :P
terinspirasi . ragara pas itu liat metr*files yang mbahas ini :D
Posting Komentar